KLENTENG AGUNG SAM POO KONG
Menapaki Jejak Cheng Ho di Gedung Batu
Klenteng Agung Sam Poo Kong atau yang juga dikenal dengan nama Gedung Batu merupakan tempat peribadatan umat Tri Darma terbesar di Semarang. Keberadaan klenteng ini tak bisa dipisahkan dari kisah pelayaran kolosal admiral Cina muslim bernama Laksmana Cheng Ho. Berbeda dengan Bangsa Eropa yang membawa misi 3G (Gold, Glory, Gospel) dalam tiap pelayarannya, misi yang diemban oleh Laksmana Cheng Ho hanyalah misi damai dan berdiplomasi dengan kerajaan-kerajaan yang dikunjunginya. Ketika armada Cheng Ho berlayar ke nusantara untuk kesekian kalinya, Wang Jinghong yang merupakan orang kedua dalam armada itu mendadak sakit keras sehingga Cheng Ho memutuskan untuk membuang sauh di Simongan yang kala itu masih berupa pantai. Gua batu yang ditemukan oleh Cheng Ho kemudian digunakan sebagai tempat beristirahat Wang Jinghong dan sepuluh anak buahnya, sedangkan Cheng Ho kembali melanjutkan perjalanan ke barat.
Wang Jinghong dan anak buahnya kemudian menikahi wanita lokal serta memutuskan untuk tinggal di Simongan. Lambat laun Simongan berubah menjadi tempat yang maju karena aktivitas perdangan dan pertanian. Warga Tionghoa yang berdatangan ke Semarang pun bermukim dan bercocok tanam di sana. Guna mengenang serta menghormati Laksmana Cheng Ho, Wang Jinghong mendirikan patung Cheng Ho di dalam gua. Sepeninggalnya Wang Jinghong, etnis Cina yang mulai memadati Simongan mendirikan sebuah klenteng sederhana yang diberi nama Klenteng Sam Poo Kong.
Pada abad ke 18, warga Tionghoa yang telah direlokasi ke kawasan Pecinan oleh Belanda sempat mengalami kesulitan saat hendak beribadah di Klenteng Sam Poo Kong. Hal ini dikarenakan ada tuan tanah Yahudi bernama Johanes yang menguasai seluruh tanah di daearah Simongan. Dia menetapkan pajak yang sangat tinggi bagi warga yang ingin beribadah. Pemajakan ini baru berakhir pada tahun 1879 saat ayah Raja Gula Oei Tiong Ham membeli hak atas tanah ini. Klenteng Sam Poo Kong pun kembali dikunjungi warga dan terus berbenah diri serta bersolek menjadi cantik seperti sekarang.
Selain sebagai tempat peribadatan, saat ini Klenteng Sam Poo Kong juga menjadi salah satu wisata religi yang diunggulkan di Semarang. Kompleks Klenteng Agung Sam Poo Kong terbagi menjadi dua bagian, yaitu plaza utama dan bangunan klenteng. Pengunjung yang tidak memiliki kepentingan hanya boleh masuk ke plaza utama, tempat di mana berdiri patung Laksmana Cheng Ho setinggi 10,7 m. Patung berbahan dasar perunggu yang dibuat di Cina ini merupakan patung tertinggi di Asia Tenggara. Di sebelah selatan terdapat gerbang raksasa berwarna merah menyala yang membuat kita serasa berada di Negeri Cina. Di balik pagar besi terdapat bangunan klenteng yang hanya boleh dimasuki oleh pengunjung yang hendak berdoa atau ingin membaca peruntungan yang dikenal dengan istilah ciamsi. Berbekal hio seharga Rp 10.000, kami pun melenggang masuk ke kompleks klenteng guna melakukan ciamsi.
Bau hio menyeruak dengan tajam saat kami memasuki kompleks klenteng dengan atap bertingkat yang dihiasi ratusan lampion. Ukiran naga dan huruf Cina berwarna emas menghiasi pilar-pilar merah. Sebuah bedug berwarna merah terlihat di klenteng utama. Di kompleks ini terdapat 4 klenteng yang bernama Klenteng Dewi Laut, Dewa Bumi, Kyai Juru Mudi, dan Klenteng Sam Poo Kong. Sedangkan di bagian bawah yang agak tersembunyi terdapat petilasan Kyai Jangkar, Kyai Tumpeng, dan Kyai Tjundrik Bumi. Di belakang altar utama, terdapat relief yang menggambarkan tentang kisah pelayaran Cheng Ho, lengkap dengan keterangan dalam 3 bahasa.
Sesampainya di klenteng utama, seorang juru ramal atau yang disebut biokong meminta hio untuk dinyalakan, kemudian meletakkannya di atas hiolo besar. Saya pun diajak menuju gua batu di balik relief guna memulai proses ciamsi. Hawa dingin langsung menusuk saat memasuki gua batu yang digunakan sebagai tempat berdoa. Prosesi ciamsi diawali dengan melakukan po pwe atau melempar dua tongkat kayu dan melihat sisi yang muncul, ritual itu dilakukan secara berulang-ulang. Selanjutnya biokong mengambil batangan bambu berisikan angka di wadah dengan cara mengocoknya. Melihat angka yang tertera di batangan bambu wajah biokong nampak berkerut. "Jodohmu tidak begitu bagus", katanya sambil menepuk pundak saya."
Harga tiket:
- Rp. 3.000 (masuk ke halaman klenteng)
- Rp. 20.000 (masuk ke kompleks bangunan klenteng)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar